Bupati Sama Punggawa Engklak-engklakan Naik Andong di HUT Karawang ke 379
Petani Kesulitan Mengairi lahan Sawah
KARAWANG
- Bertepatan dengan HUT Karawang ke 379 yang jatuh Jumat, 14 September
2012, bagi Bupati Karawang bersama punggawanya masih bisa
"Engklak-engklakan" naik kuda andong guna melakukan acara helaran,
dengan konsekwensi bisa senang-senang dengan biaya APBD. Sebaliknya bagi
para petani di pedesan Pantai Utara(Pantura) negeri lumbung padi ini
benar-benar menyedihkan karena kesulitan mengairi petakan sawahnya,
kemudian lahan sawah itu bisa diari memaksa harus mengeluarkan kocek
sendiri untuk rental mesin pompa.
Saking sulitnya
mengairi sawah tersebut, petani di dua desa wilayah Kecamatan Cibuaya,
sempat merusak kantor PDAM setempat. Ini, karena mereka salah paham,
menduga distribusi air dari PJT II disedot untuk kepentingan air minum.
Padahal, setelah dilakukan uji meteril air PDAM yang dikonsumsi para
konsumen di wilayah kecamatan tersebut, hanya terpakai 0, sekian persen
alias hanya se ujung kuku saja.
Lain di alami
petani di wilayah Kecamatan Cibuaya, lain pula yang dialami para petani,
di Desa Muara dan Desa Rawagempol Wetan serta beberapa desa di wilayah
Kecamatan Cilamaya wetan ini. Dimana untuk mengairi lahan sawahnya
memaksa harus menggunakan mesin pompa dan memasang selang plastik hingga
ratusan meter, kemudian agar tidak terinjak kendaraan melintas disimpan
di saluran cacing yang kondisinya sudah kering-kerontang.
Tampaknya di HUT Karawang ke 379 ini, para petani di wilayah Pantai
Utara Kabupaten Karawang pada musim tanam 2012 memaksa harus
berdarah-darah bagaimana cara mendapatkan air agar bisa mengolah dan
menyelamatkan bibit padi yang sudah ditandur. Parahnya lagi, sudah
kelimpungan untuk mengairi sawah juga harus mengeluarkan tambahan biaya
tanam dari kocek sendiri. " Untuk mengairi sawah per-hektarnya memaksa
harus mengeluarkan biaya tambahan olah tanam," ujar Caslim, petani Desa
Muara Baru dan Iwang petani Desa Rawagempol Wetan, Kecamatan Cilamaya
Wetan.
Bagi petani di pedesaan Pantura
Karawang, melakukan olah tanam pada setiap musim tanam, masih menjadi
andalan guna memenuhi kebutuhan keluaraganya. Walhasil, meski harus
berdarah-darah ketika melakukan proses olah tanam, hingga menjelang
panen, konsekwensinya harus dihadapi. " Ini baru masuk olah tanam saja
sudah mendapat kendala yakni kekuarangan air, selanjutnya terkadang ada
saja serangan hama itu juga masuk kendala yang harus dihadapi dalam
menyelamatkan tanaman padi hingga bisa dipanen," ujar Uwar, petani di
Desa Kedung Jeruk, Kecamatan Cibuaya.
Sejauh
ini, kata sejumlah petani di Kecamatan Cilamaya Wetan dan Kecamatan
Cibuaya, kondisi pendistribuasian air ke wilayah lahan sawah mereka
disinyalir masih mengalami kendala. Kejadian ini, dialami sejak
Kabupaten Karawang berdampingan dari lumbung padi dengan industri. "
Mungkin petani dalam memamfaatkan air dianggap kurang menguntungkan
sehingga, pendistribusian air ke pesawahan tidak seperti jaman
"Baheula' kemudian kondisi itu diperparah lagi dengan musim kemarau yang
panjang," ujar Saan, salah seorang petani di Kecamatan Cibuaya.**