Ketua DPRD Karawang Bunuh Diri atau Dibunuh?
Sekitar Kematiannya Masih Menyimpan Misteri
Karawang -
Sekitar meninggalnya Ketua DPRD Karawang, H. Tono Bachtiar, SP masih
memunculkan banyak pertanyaan di tengah masyarakat lumbung padi.
Pertanyaannya, apakah yang bersangkutan menghembuskan nafas terakhirnya
lewat acara bunuh diri, atau dibunuh pihak lain menyusul kematiannya
masih menyimpan misiteri meski sudah dilakukan outopsi.
Diduga sebab-musabab kematiannya tidak bisa diketahui secara
transparan, akibat minimnya informasi dari pihak berwajib di wilayah
hukum Karawang. Bahkan, sejak diketahui meninggal hingga dilakukannya
prosesi pemakaman, Senin (28/7) lalu di TKP tidak terlihat police line
sebagai tanda dilakukannya olah TKP dan lebih ironis lagi, sebagaimana
dikirimkan kabar fungsionaris DPC PDI-P Karawang lewat SMS, terkesan
inisiatif outopsi pun, datangnya dari pihak Polda Jabar.
Dalam hal ini, dari hasil outopsi di tempat pemakaman H. Tono Bachtiar,
di Desa Tambaksari, Kecamatan Tirtajaya yang dilangsungkan oleh Tim
medis dari RS dr. Sarjito, Jakarta, Kamis (31/7) belum juga bisa
diketahui hasil sekitar sebab-musabab dari kematian tersebut. " Belum
bisa diketahui hasilnya sekarang, paling tidak pihak keluargapun akan
tahu hasilnya sekitar dua pekan," ujar salah seorang anggota Tim
Porensik saat ditemui di TKP Outopsi.
Toleng, salah seorang tokoh pemuda di Kabupaten Karawang, kemarin,
mengaku sangat prihatian, sekitar kematian Ketua DPRD saja tidak bisa
diketahui sebab-musababnya. Padahal, H. Tono Bachtiar, seorang pejabat
publik, yang harus bisa diketahui keberadaan serta keselamatan hidupnya
hingga menghembuskan nafas terakhirnya. " Seoorang gelandangan saja saat
menemui ajal di TKP manapun bisa diketahui sebab-musababnya, sebaliknya
H. Tono yang nota benenya Ketua DPRD nyawanya melayang bisa lewat dari
pandangan mata dan perhatian berbagai pihak," ujar Toleng.
Menurut Toleng, pada saat sebelum H. Tono menghembuskan nafas
terakhirnya, setidaknya pernah bertemu dan komunikasi dengan istri dan
seorang pembantunya. Bahkan H. Tono, sebelum wafat secara mengenaskan
itu konon katanya dari rumah orang tua istrinya di Kampung Gamprit, Desa
Kutaampel, ketika akan ke rumah pribadinya di Desa Tambaksari,
Kecamatan Tirtajaya, kurang lebih berjarak 10 Km, sempat sendirian
mengendarai sepeda motor Honda Vario. " Ini kenapa belio dibiarkan pergi
sendirian mengendarai sepeda motor," ujar Toleng.
Sebagaimana diperoleh informasi Toleng yang dikumpulkan dari berbagai
sumber, sekitar pukup 15. 00 WIB, istri Tono yang saat itu berada di
rumah orang tuanya sempat menghubungi Enjang salah seorang pembantunya,
agar Ketua DPRD itu disiapkan makanan dan minuman untuk berbuka puasa. "
Dimungkinkan istri pak Tono sebelum meninggal sempat kontek-kontekan,
dan mereka baru ribut setelah beberapa jam kehilangan kontak dengan
almarhum," terang Toleng.
Berawal dari putus kontak itulah, kata Toleng, Istri Tono menghubungi
HP pembantunya bernama Enjang tadi, dan memerintahkan untuk melihat H.
Tono, yang sedang berada sendirian di rumah pribadinya di Desa
Tambaksari. Namun apa yang terjadi, ketika Enjang berada di rumah itu,
pintu pagar gerbang dan rolinng door sudah terkunci dan keadaan
rumah-pun dalam keadaan gelap gulita.
Melihat kejadian itu, istri Tono-pun memerintahkan Enjang untuk sebisa
mungkinan bisa masuk rumah yang dalam kondisi seluruh pintunya terkunci.
" Dilalahnya, bekrkat usaha keras Enjang tadi, akhirnya bisa masuk
lewat pintu belakangan ruang tempat istrirahat yang mengarah ke sawah
dan katanya disitulah H. Tono ditemukan sudah tidak bernyawa lagi," ujar
Toleng.
Kemudian
melihat kejadian yang menimpa H. Tono, Istri bersama beberapa familinya
segera memindahkan Almarhum dari tempat menghembuskan nafas terakhirnya.
Atas kejadian tersebut, konon katannya, istri almarhum, selain menolak
H. Tono untuk dilakukan outopsi, juga dilakukan oleh TKP oleh petugas
dari kepolisian. " Memang Ketia Ketua PKB H. Jass datang melayat-pun,
istri pak Tono seperti memohon-mohon agar suaminya itu dilakukan
outopsi," kata Toleng.
Lain Kata Sekjen Kompak Reformasi Aljihadi Alfanji, apa-pun alasannya
seyogyanya pihak kepolsian harus melakukan olah TPK terhadap siapun yang
meninggal yang sifatnya mencurigakan itu. Terlebih, H. Tono Bachtiar
selaku Ketua DPRD Karawang, yang nota benenya harkat, dejarat dan
martabatnya harus dijaga betul, dari sejak menjalankan tugas kenegaraan
sampai akhir hayatnya.
Sebagaimana diamanatkan KUHAP, pihak penyidik dari kepolsian punya hak
untuk bisa membuat terang terjadinya suatu delik dan tidak bisa
diurungkan proses pengungkapan kasus meninggalnya Ketua DPRD tersebut,
hanya gara-gara perminataan atau dilarang istrinya. " Masa perintah
Undang-undang bisa dikalahkan oleh permohonan istri almarhum," tegas
Alfanji.
Alfanji,
sangat mengapreasi inisiatif pihak Polda Jabar, yang segera melaksaan
outopsi terhadap jasad almarhun, H. Tono Bahtiar, meski sudah tiga hari,
berada di dalam kubur. " Untuk membuat terang suatu kejadian, saya
selaku Sekjen LSM Kompak Reformasi, sangat menghargai betul kerja
kerasnya yang dipersembahkan demi untuk mengungkap sebab-musabab sekitar
kematian Ketua DPRD Karawang ini," ujarnya.
Sejak berita ini dikirim belum diketahui hasil outopsi dari tim
porensik, maupun dari pihak Polda Jabar, sekitar sebab-musabanya
kematian Ketua DPRD Karawang, H. Tono Bachtiar.(jay)